Plastik Terbuat Dari Bahan Singkong??Satu Lagi Karya Anak Bangsa Yang Patut Diacungi Jempol

Masalah sampah memang menjadi masalah serius di setiap negara apalagi jika terkait sampah plastik yang menurut penelitian tidak bisa hancur bahkan sampai beratus tahun. Berawal dari sini, muncul ide kreatif dari salah seorang anak bangsa bernama Kevin Kumala yang mampu menciptakan eco-plastik berbahan dasar singkong dan ramah lingkungan. Hasil karyanya ini mulai terkenal dan sudah diperkenalkan ke seluruh dunia.

Awal mula ide ini muncul adalah ketika Kevin yang menjalani pendidikan di Amerika Serikat pulang ke Indonesia pada 2009 silam. Ketika itu, ia yang berasal dari Bali, merasa sangat prihatin melihat kondisi pantai-pantai di Bali yang jauh berbeda dibandingkan ketika dia meninggalkan kampung halamannya dulu. Sampah-sampah yang didominasi plastik berserakan di sepanjang pantai.

"Bali yang saya tahu adalah suatu pulau yang hangat surgawi, kalau tahun 90-an, Kuta Beach dengan pasir putih, ombak jernih, lautan jernih. Tapi pada 2009 saya pulang, saya lihat pantai Kuta, Legian, semuanya berubah dramatis, sembilan tahun di luar ngeri dan wow sekarang Bali beda banget dengan Bali yang saya kenal dulu," ujar pria yang hobby surfing dan diving ini.


Kevin Sang penemu plastik berbahan singkong


Akhirnya dia bersama teman-temannya membuat sebuah penelitian untuk menemukan inovasi baru plastik yang ramah lingkungan. Sebenarnya teknologi ini bukan baru ditemukan, sebelumnya di Eropa sudah menggunakan teknologi eco-plastik namun dengan bahan yang berbeda.

Kondisi pantai-pantai di Bali yang penuh dengan sampah membuat Kevin mencoba berinovasi, bersama rekan-rekannya dia mulai mencari bahan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi ini sebenarnya sudah muncul lebih dulu di Eropa, hanya saja dia mencari bahan yang berbeda dan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat.

"Saya bersama rekan-rekan tim R&D saya yang berjumlah delapan orang meriset selama tiga tahun dari 2010 untuk dapat meretur engineer berdasarkan sesuatu. Bioplastik memakai komoditas nabati yang satu sifatnya banyak terdapat di Indonesia dan dua harganya terjangkau. Karena bicara replace plastik, yang harga murah tentunya harus masuk juga sebagai bagian dari segi harga kompetitif," ungkapnya.

Plastik berbahan singkong buatan Kevin

Indonesia yang terkenal dengan keanekaragaman hayati membuat Kevin melakukan penelitian dengan berbahan jagung, kedelai hingga singkong. Dari ketiga bahan tersebut singkonglah yang paling murah dan produksinya di Indonesia yang tergolong melimpah sehingga pilihan ini yang dianggap paling tepat.

Selain murah dan produksi yang melimpah, singkong juga pertumbuhannya sangat cepat dan tak perlu perawatan khusus. "Kekayaan singkong di Indonesia dan juga pertumbuhan mereka lebih cepat, akhirnya kita pilih singkong, karena Indonesia jumlah produksi singkong pada data 2015 mencapai 24 juta ton per tahun, jadi kita enggak akan kehabisan. Kita ini sewaktu produksi kantong kita tidak memakai singkong, tapi pakai ampas, diambil dari pati singkongnya. Saya ambil ampas singkong yang tadinya waste dari worth."

Rupanya, benda yang diciptakan bersama tujuh rekannya ini langsung mendunia. Hasil kreasinya mendapat peliputan dari sejumlah media asing seperti CNN, BBC dan beberapa media besar lainnya.

Beda dengan banyak bangsa di Eropa, permasalahan plastik menjadi permasalahan sendiri di Indonesia apalagi jika itu merupakan karya anak bangsa. Bioplastik ciptaannya justru mendapatkan apresiasi dari luar negeri, bahkan komoditas buatannya lebih banyak dipesan dijual ke negara asing.

"80 Persen customer dari luar negeri, ekspor. Kebanyakan ke Australia," ungkapnya.

Tak hanya itu, kesadaran penggunaan plastik yang lebih ramah lingkungan juga masih rendah padahal sudah menjadi permasalahan serius di seluruh dunia. Indonesia, imbuhnya, justru kalah dari beberapa negara di Afrika yang malah melarang penggunaan plastik.

Beberapa negara di Afrika seperti Rwanda, Ghana dan Madagaskar sudah lebih dulu menerapkan aturan yang ketat tentang plastik ini.

Di Indonesia sendiri beberapa bulan yang lalu pemerintah menerapkan peraturan kantong plastik berbayar ketika berbelanja di pasar swalayan. Ini merupakan bentuk kepedulian pemerintah akan bahaya sampah plastik namun tampaknya masih belum bisa dijalankan karena beberapa barang yang dibeli bahkan memiliki kemasan plastik yang lebih tebal dan diklaim tidak akan bisa hancur dalam waktu yang sangat lama.

Kebijakan lainnya adalah dengan menggunakan kantong plastik yang dapat hancur sendiri dan menjadi potongan-potongan kecil namun kendalanya tetap saja terbuat dari bahan plastik. Dengan penggunaan kantong plastik berbahan singkong ini tampaknya kita tidak akan perlu khawatir lagi akan bahaya sampah plastik karena bioplastik berbahan singkong milik Kevin ini bisa hancur hanya dalam waktu 90 hari dan otomatis menjadi pupuk kompos bagi tanaman.

Plastik ini juga sangat aman meskipun terkonsumsi oleh makhluk hidup.
"Ini juga aman dikonsumsi oleh hewan dan biota laut maka dari itu saya beranikan minum ini. Saya ingin katakan, 'hei manusia aja bisa minum aman."





Baca juga : Manusia Super Lentur, Mampu Jalan Kayang di Bawah Mobil Dengan Membawa Nampan Berisi Minuman

No comments:

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *