Adalah sebuah daerah bernama Siompu Timur, salah satu kecamatan di Kabupaten Buton Selatan (Busel). Siompu sering juga dikenal Pulau Siompu adalah daerah termasuk bagian Sulawesi Tenggara menyebutnya.
Ariska Dala berusia 15 tahun adalah salah satu manusia bermata biru berasal dari siompu |
Tulisan ini berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh La Ode Yusri MA di Desa Waindawula, Sulawesi Tenggara, Penelitian yang dilakukan adalah mengenai budaya dan bahasa. Dari situ diketahui fakta bahwa di sana terdapat sekumpulan masyarakat unik yang memiliki mata biru.
"Sebenarnya, saya (La Ode Yusri) ke Pulau Siompu untuk melakukan penelitian kebudayaan, mengidentifikasi benteng-benteng yang ada di sana, dan mengumpulkan data kebahasaan di daerah ini. Saya melakukan penelitian bahasa sejak tahun 2006 di wilayah Kota Baubau, Buton, dan Pulau Kadatua" Kata Laode.
Berdasarkan Summer Institute Linguistic (SIL) bahwa di Kaimbulawa, salah satu desa di Siompu Timur, terdapat tiga komunitas yang memiliki bahasa yang unik dan berbeda-beda. "Saya pun melakukan mengumpulkan data bahasa di Siompu Timur sejak 6 bulan terakhir", tambahnya.
Pada hari Sabtu, 6 Agustus 2016, Laode kembali ke Siompu untuk melakukan penelitian. Dalam perjalanan, ia berkenalan dengan seorang pedagang asal Siompu di speed boat. Dia baru saja kembali dari Wakatobi memasarkan dagangannya. Pedagang itu bernama Umar yang memasarkan hasil-hasil bumi Siompu ke daerah lain.
Umarpun mengungkap keberadaan masyarakat bermata biru ini. “Jika Anda ingin ke sana, saya siap memfasilitasi,” ujar Umar pada Laode. Maklum Umar cukup dekat dengan Kepala Desa Waindawula dan warga yang bermata biru ini. Speed boat yang mereka tumpangi berlabuh di Pelabuhan Lapara (ibu kota Kecamatan Siompu Timur). Masyarakat bermata biru itu tinggal di daerah pegunungan yang jauh dari keramaian warga Siompu.
Merekapun mendatangi sebuah rumah milik guru SD di Desa Waindawula yang nyambi jadi petani. Pemilik rumah itu bernama Dala (50). Setelah bertemu Dala, ternyata informasi mata biru itu memang benar. Bukan hoax. Perawakan Dala mirip orang Eropa. Tubuhnya tinggi, rambut pirang, kulit putih, dan matanya memang biru. Begitu pun anaknya bernama Ariska Dala (15), juga memiliki mata biru.
Sosok Dala, Pria bermata biru asal Siompu Sulawesi Tenggara |
Berbeda dengan masyarakat lain pada umumnya, keluarga ini agak sedikit tertutup dan tidak terlalu leluasa menerima kedatangan orang asing. Namun tim berusaha mengorek keterangan dari Dala terkait asal muasal keturunan mata biru ini. “Saya hanya paham sedikit. Yang tahu persis sejarahnya itu, kakak saya. Dia tinggal di Ambon sekarang. Sebagian besar komunitas mata biru itu pindah ke daerah lain. Salah satunya Ambon. Hanya sedikit yang tersisa dan memilih menetap di Siompu,” ungkap Dala.
Asal muasal penduduk Siompu bermata biru menurut Dala bermula , pada abad ke-16 atau sekira awal tahun 1600-an, Pulau Siompu menjadi tempat persinggahan pelaut yang berasal dari Eropa. Termasuk dari Portugis. “Itu jauh sebelum datang Belanda,” ujarnya.
Sangkin banyaknya orang Eropa datang sehingga tak sulit menemukan mereka di setiap penjuru kota kala itu. Sampai-sampai seorang pemimpin Portugis mempersunting gadis bernama Waindawula. Gadis ini adalah cucu dari La Laja, seorang bangsawan Wolio. Salah seorang keturunan La Laja ini yakni La Ode Ntaru, Lakina Liya (Raja Liya) yang berkuasa pada tahun 1928. Memang saat saya berkunjung ke Benteng Liya (Wakatobi, red), perawakan La Ode Ntaru ini mirip orang Eropa. Tapi tidak ada warisan pigmen pada turunannya di Wakatobi yang bermata biru.
“Sebenarnya banyak yang kawin mawing (kawin silang) dengan pasukan Portugis ketika itu. Keturunan mereka juga banyak bermata biru. Kalau tidak biru matanya, biasanya rambutnya yang berwarna pirang. Tapi yang tahu persis, itu kakak saya yang di Ambon itu cerita lengkapnya,” ungkap Dala mengisahkan cerita leluhurnya yang turun temurun terkait asal muasal mata biru.
Saat ini para penduduk bermata biru ini banyak yang bermigrasi ke daerah lain. “Masih banyak sebenarnya yang mewarisi mata biru ini. Hanya mereka banyak yang pindah,” imbuhnya. Dala belum mengungkap berbagai rahasia yang tersimpan tentang keberadaan mata biru di Sultra. Saat saya mencoba mengorek ceritanya, terkadang dia hanya tersenyum. Sepertinya, Dala belum mau terbuka atau blak-blakan karena baru bertemu. Setelah saya mencari informasi di masyarakat sekitar, memang ras mata biru cukup tertutup bagi warga asing.
Dari hasil penelusuran sementara, di Desa Waindawula, tersisa tiga rumpun yang masih mewariskan pigmen keturunan Perancis. Mereka hidup di desa tersebut sebagai petani. Kurang lebih 10 orang yang bermata biru, termasuk Dala dan anaknya. Sementara, keturunan lainnya, matanya tidak biru tapi rambutnya pirang dan kulitnya tetap putih. Jumlah penduduk di Desa Waindawula sekitar 20 KK. Jarak rumah di desa ini saling berjauhan satu sama lain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kebun.
No comments:
Post a Comment